Kamis, 14 April 2022

Perjalanan Rindu (Part 7)

 Lanjutan... 

Sepulang City Tour, sebagian besar jamaah memilih untuk beristirahat, namun siang itu saya dan istri bersepakat untuk sholat dzhuhur di Masjid Nabawi. Yaallah Yaarobb.. Suhunya panas bukan main! Sekitar 38 derajat celcius kawan. 

Kami izin ke TL (Tour Leader) untuk sholat dzhuhur di Nabawi, sholat ashar di Nabawi dan berencana pulang sore, buka puasa hari ke 2 di hotel, sholat maghrib di Musholla Hotel dan lanjut sholat isya dan tarowih di Masjid Nabawi. Jadi, jeda ke hotel itu hanya untuk berbuka puasa dan ganti baju, lalu balik lagi ke Masjid. Sungguh perjuangan ibadah yang luar biasa. Mudah-mudahan bernilai pahala yang berlipat ganda. Aaammiin. 

Alhamdulillah sesuai rencana, kami buka puasa di hotel bahkan sempet jalan-jalan ke Mall dan mampir ke BEEN DAWUD, tempat yang tak asing lagi bagi jamaah umroh. Kemudian langsung siap-siap sholat isya berjamaah dan sholat tarowih. Sepulang Sholat tarowih kami menyempatkan jalan-jalan dan membeli beberapa oleh-oleh. 

Sholat Tarowih di sana gaess aslina lama banget! Pengalaman pertama merasakan sholat tarowih dengan durasi yang sangat lama. Kami yang di Indonesia biasa melaksanakan sholat tarowih sekitar 30-40 menit saja, di sana hampir 1 jam. Di setiap rokaatnya bacaan surat panjang nan merdu, membuat kelopak mata turun naik mendayu-dayu. Yaallah yaa robb, ample nundutan gusti. 

Itulah ni'matnya ibadah di tempat yang bener-bener serius menegakkan sholat. Sholat dinikmati dengan betul setiap gerakannya. Sholat menjadi sebuah istirahat yang menyenangkan. Buat kita-kita yang belum terbiasa setidaknya ambil pelajaran berharga bahwa "sholat kita bener-bener diuji kualitasnya".

Dalam perjalanan pulang ke Hotel, saya melihat KH. Salimul Apip. Masyaa Allah.. kaget bercampur seneng. Langsung saja saya nyamperin, salaman, memperkenalkan diri, menayakan kabar dan meminta berfoto bersama. 

Sajabat SANEMA, KH. Salimul Apip adalah pimpinan pondok pesantren Addahlaniyyah, Soreang, Bandung. Beliau adalah salah satu Ulama dan Muballigh tanah air yang terkenal dan digandrungi oleh kaula muda. 

Semoga keberkahan KH. Salimul Apip bisa menular ke Apip Fudoli yang kebetulan namanya sama. Alhamdulillah.. Bertemu dan bermuajjahah dengan seorang ulama lebih saya sukai dari pada tidak pernah bertemu sama sekali. Hehehe.. yailah! apalagi bertemuanya di tempat yang sangat dimuliakan lagi suci, tanah harom. Subhanallah.

Sekitar pukul 11 malam saya tiba di Hotel dan langsung rebahan. Lumayan bisa meluruskan punggung dan mengistirahatkan tulang-tulang belakang, tidak lupa mengoleskan obat pegel ke bagian kaki. ffffuuuuiiihhhhh... ni'mat bener rebahan di kasur empuk dengan suhu AC yang memanjakan ruangan. Saya lihat penduduk kamar sudah pules semua, mungkin sejak pulang tarowih sudah pada tidur.

SUBUH TERAKHIR DI NABAWI
5 April 2022 | 3 Ramadhan 1443 H 

Alhamdulillah dipertemukan lagi dengan salah seorang Muballigh dari Indonesia, yaitu KH. Muhammad Hariri Aksi Indosiar. Kami sempat mengabadikan moment langka itu dengan berfoto bersama. 

Bersyukur dapat dipertemukan dengan kyai-kyai indonesia yang sudah melanglang buana berdakwah di negri merah putih itu. Saya bedoa mudah-mudahan keberkahan dari setiap harokahnya dapat kita ambil dan kita amalkan dalam keseharian kita. Aammiin yaa robbal alaamiin. 

Subuh itu menjadi subuh yang sangat mengharukan. Kaki ini tidak ingin beranjak pulang. Apa pasalnya? karena subuh itu adalah subuh terakhir kami di Madinah. Sesuai jadwal yang diatur oleh travel, pagi hari itu sekitar pukul 10.00 waktu setempat, kita harus segera bertolak ke Mekah Al-Mukarromah untuk melaksanakan ibadah utama yang sesungguhnya, yakni UMROH AKBAR. 

Entahlah badan ini lemes dan tidak bersemangat, karena harus meninggalkan kota kecintaan Nabi SAW. Dilema. Antara masih betah dan harus umrah. Tujuan utama kita sejauh perjalan ini adalah untuk melaksanakan ibadah umroh. Sejauh 8.388 KM kami bergerak dari Tanah Air ke Tanah Harom ini untuk sebuah perjalanan menuju rumah  Allah SWT, BAITULLAH. Dan itu ada di Mekkah Al-Mukarromah. tapi rasa sesek itu ga bisa dibantah. Nyesek. 


Kebahagiaan, kedamaian dan ketentraman yang Madinah berikan kepada kami begitu melekat kuat dalam hati. Perpisahan ini hanya sementara, kami berdoa kepada Allah SWT agar kelak dapat dipertemukan kembali dengan kota Madinah. (Doa Meninggalkan Kota Madinah)


bersambung.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar