PUNCAK IBADAH UMROH
Seluruh jamaah sudah siap dengan segala kesiapannya. Pak Tasir sambil menunggu yang lain kumpul, sedari tadi saya perhatikan khusu' membaca lembar demi lembar buku panduan umroh. Sementara yang lainnya diam bersabar dengan lisan yang terus menerus berdzikir. Pak H. Adit nampak sekali sigap menghitung jumlah jamaah SANEMA yang akan "bertarung" mengelilingi ka'bah. Dalam keadaan pasrah langkah kaki kita berderap keluar pintu hotel royal majestic.
Formasi sudah diatur. Ust. Parson memimpin pasukan, disusul Pak H. Tasir dan istri, Pak H. Rusli dan istri, Pak Agus dan Istri, Pak Dena dan Istri, Saya dan Istri, Bu Minarti, Bu Ina dan bu ipah, disusul Pak Tamin dan istri. Di Bagian belakang ada a Rifqi. Sementara Pak H. Adit jadi "gelandang serang". Kadieu kaditu ngecek kelengkapan jamaah.
Setibanya di depan pintu Masjidil Harom, saya liat istri saya mukanya berubah, ngeper ngeliat lautan manusia yang begitu banyaknya. Di pintu masuk saja sudah sebanyak ini, apalagi di dalemnya. Saya genggam tangan istri saya dengan pengalang kain diantara kami sambil terus beristighfar dan berdoa. Malam itu, tekad kami bulat, langkah kami tegap, siap menikmati ibadah puncak.
Memasuki masjid, melewati barisan manusia, menuruni eskalator, daaaan.... langkah kaki seperti slow motion, melambat, sepi, sunyi, hening, riuh rendah menghilang, nampak bangunan kotak hitam berdiri gagah persis depan mata kami : KA'BAH! KA'BAH! KA'BAH! Yaa Allah yaa robb.. berdesir hati ini tenggelam dalam emosi yang mendalam. gugup.
Mendekati lampu hijau, kami berjalan kompak, bahu membahu, duyun menduyun membentuk formasi kokoh membelah lautan manusia. semakin dekat dengan titik start : Hajar Aswad. Tangan mengangkat bahu itba', lisan serentak sahut sahutan mengumandangkan BISMILLAH ALLAHU AKBAR. Putaran pertama dimulai.
Berada di titik multazam, lidah kelu, masih ta'jub dengan megahnya ka'bah baitullah. langkah kaki perlahan terus bergerak, mengikuti arus natural melintasi maqom ibrohim, terus bergerak melaju seperti tertarik magnet ajaib dari titik sana, titik hajar aswad. Hijir ismail terlewati, rukun yamani turut menjadi saksi. ROBBANA ATINA FIDDUN-YA HASANAH, WAFIL AKHIROTI HASANAH, WAQINA ADZABANNAR. Doa itu terus diulang-ulang sampai titik hijau.
Tangan diangkat mengulang bacaan yang sama "Bismillahi Allahu akbar". Putaran kedua bergerak. Hati ini semakin kecil, diri ini tak ubahnya buih kecil di tengah derasnya samudra manusia. terus menyelami dasar jiwa apa gerangan yang ingin disampaikan di rumah Allah ini. Lantas hati berbisik lirih "Yaa Allah ampuni dosa-dosa hamba". Mengalir air mata mengiba.
Rangkaian doa-doa terus diucapkan seakan tidak ingin berhenti. "Ampuni kami", "Berikan kami ilmu yang bermanfaat" diulang ratusan kali hingga air mata mengering, "berkahi milik rezeki kami" membanjiri pipi dalam senggukan yang memilukan, "panjangkan umur kami dalam ketaatan" teringat dosa-doa masa remaja, "jangan hinakan kami dengan hutang-hutang" nampak sekali perjalanan kami menuju tempat mulia ini diwarnai hutang sana sini. tak terasa rukun yamani sudah di depan mata.
ROBBANA ATINA FIDDUN-YA HASANAH, WAFIL AKHIROTI HASANAH, WAQINA ADZABANNAR (Berkali-kali)
Memasuki putaran ke tiga. Semakin hanyut dalam doa-doa. Semakin dekat dengan jantung ka'bah. Semakin berserah diri kepada sang maha kuasa. Sesekali sambil mendengarkan intruksi dari muthowwif agar berdoa dengan sungguh-sungguh. Suasana yang sangat berkah ini mengantarkan jiwa ke puncak kepasrahan yang tinggi bahwa sejatinya kita lahir ke alam dunia ini tidak membawa apa-apa, diperintahkan untuk taat, dan kembali lagi ke pangkuan ilahi dalam keadaan membawa amal yang kelak akan dimintai pertanggung jawabannya.
Sampailah kita di putaran ke lima, jarak pasukan kita dengan hajar aswad semakin dekat, namun masih di lintasan belakang maqom ibrahim. Ust. Parson menjelaskan bahwa tugu kuning itu adalah maqom ibrohim. Pak Tasir yang berada di barisan paling depan secara mengagetkan membelah arus menuju maqom ibrohim. saya kaget pasukan terputus. terikan mengingatkan dari muthowwif mengembalikan pasukan ke formasi lengkap. fuiihhh..
Putaran ke tujuh. Semakin mendekati titik ka'bah. Pasukan pecah kongsi! "Kemana pak Tasir.." kita ke pecah. "Sini.. sini.." Komando Pak H. Adit. saya yang berada di barisan belakang kehilangan pandangan dengan barisan di depannya. Tangan saya dengan sigap memegang bahu H. Adit sambil menggandeng tangan istri, dibelakang saya ada Pak Dena dan Bu Omah yang mengikuti ditambah bu Minarti. Putaran ketujuh pasukan runtuh terbelah menjadi beberapa kelompok. H. Adit cemas.
Saya, Istri, pak Dena, bu Omah, bu Minarti dan pak H. Adit melipir pelan-pelan ke luar pusara thowaf. Sambil terus berdoa dan mengikuti komando H. Adit. "Kita muter sekali lagi di pinggir untuk memastikan jamaah yang lain sudah selesai atau belum" intruksi H. Adit. harusnya setelah 7x putaran kita melaksanakan sholat 2 rokaat di antara maqom ibrohim, namun karena situasi genting, akhirnya kita muter sekali lagi hanya untuk memastikan saja.
"Feeling saya mah mereka udah Sa'i pak haji" kata saya dalam perjalan. Setelah ditelusuri ga ketemu, dan kita melanjutkan perjalanan menuju sa'i. Di sana tak kalah banyak, lautan manusia seperti ombak yang menerjang batu karang. Di atas bukit safa padatnya masyaa Allah.. Saya mengusulkan untuk break minum air zamzam. Alhamdulillah kita sempat minum air zamzam. Sangat menyegarkan. Dan di safa itulah baru kita melaksanakn sholat 2 rokaat.
SAI dimulai. Dengan sambil memastikan kemana sisa jamaah yang lainnya, Pak H. Adit terus mengomandoi sai dari safa ke marwa. Di Tangannya terus menempel Handphone berkomunikasi dengan Rifqi dan Ust. Parson. Dari pembicaraannya disimpulkan bahwa kita terpecah menjadi 3 kelompok. kelompok H. Adit, Kelompok Rifqi dan Kelompok Ust. Parson. Hanya saja dari ketiga kelompok itu tidak ada pak Tasir dan Bu Entin. Mereka hilang.
Mencari keberadaan pak Tasir..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar