Diantara doa yang kami panjatkan adalah memohon kepada Allah SWT agar senantiasa memberkahi perjuangan dakwah kami melalui Ma'had Dirosah Al-Qur'an DAARUT TAJWEEED.
Ya! saya dan segenap dewan asatidz sedang berikhtiar membangun sarana belajar, membangun pondok pesantren di kampung halaman di Kp. Elo Rt.003/04 Ds. Sukamanah Kec. Sukatani Kab. Bekasi.
Di atas tanah berukuran 30 meter itu perjuangan kami dimulai hingga memperluas dan pembebasan lahan tanah seluas 225 meter yang saat ini berdiri bangunan asrama dan aula pesantren. terlalu panjang jika kami tuliskan di sini. In-syaa Allah dilain kesempatan kami buatkan tulisan khusus perjalanan Pesantren Daarut Tajweed.
Apa hajatnya? in-syaa Allah bulan Syawal ini kami akan melanjutkan pembangunan lantai 2 untuk kebutuhan ruang belajar mengaji bagi santri-santri. Hal ini karena desakan jumlah santri yang terus bertambah. Sehingga membutuhkan ruang belajar yang lebih privasi guna kenyamanan proses pembelajaran. Mohon doanya.
Selepas istirahat di hotel, kami kembali bergeliat dan bersegera menunaikan ibadah sholat dzuhur. Ga ada perbedaan gaessss! di Seluruh waktu sholat, masjid nabawi selalu padat. Padahal siang hari di sana suhunya bisa mencapai 38-39 derajat.
Perlu diketahui, suhu udara di sana terbilang panas, kecepatan angin yang kencang dengan udara gurun yang berhembus menusuk pori-pori dan kelembaban udara yang relatif kering sehingga banyak jamaah indonesia yang bibirnya pecah-pecah, dehidrasi dan kepala pusing. Ini bagian dari ujian beribadah di sana.
Waktu belum beradaptasi, saya hanya sedikit sekali minum air mineral. Sehingga membuat badan kewalahan menyerap sisa-sisa ion tubuh yang ada di dalamnya. Badan lemes, kepala pusing, bibir kering, tak ketinggalan kaki pegel-pegel dan punggung bagian bawah seperti panas terbakar. Saya mengalami dehidrasi. Warna air kenc*** pun keruh keemasan dan volumenya sangat sedikit.
Namun demikian, berada di dalam Masjid Nabawi sangat menyejukkan. tau noh AC-nya berapa PK mah hehehe.. betah ge pokonya mah!
Di sela-sela i'tikaf dan berdzikir kami menyempatkan berbincang-bincang dengan saudara muslimin dari berbagai penjuru dunia, salah satunya dari Pakistan. Yang menarik adalah pertanyaan seputar "Mengapa orang-orang indonesia yang umroh umurnya tua-tua, padahal ibadah umroh adalah ibadah fisik, jarang sekali saya melihat anak muda indonesia?" kurang lebih seperti itu. Dengan cepat Ust. Parson menjawab "Fuluss..." 😅
Alhamdulillah ala kulli haal. Sore hari selepas sholat ashar kami diajak city tour oleh muthowwif ke beberapa tempat di sekitar Masjid Nabawi seperti Tsaqifah bani Saidah, Masjid Ghomamah, Masjid Abu Bakar, dan Masjid Ali.
Ust. Parson memulai dengan memperkenalkan lokasi City Tour Tsaqifah bani saidah.
".....Ketika mendengar kabar bahwa Rosulullah SAW wafat, Sahabat Umar bin Khattab masih tetap tidak percaya, beliau berpikir bahwa rosulullah hanya pergi sebentar seperti Nabi Musa AS meninggalkan kaum bani israil untuk sementara waktu dan akan kembali lagi"
"Siapa yang mengatakan Muhammad mati, akan saya tebas lehernya!" lanjutnya lagi geram. Hal tersebut menandakan saking cintanya Umar kepada Nabi SAW.
Namun ketika Sahabat Abu Bakar Assidiq datang ke rumah Aisyah RA dan melihat langsung ke dalam., beliau menyingkapkan kain penutup wajah Nabi SAW dan mencium keningnya lantas berkata "Ayah dan ibuku sebagai sandera, kamu adalah orang yang suci baik saat hidup maupun setelah mati". Abu Bakar melakukannya untuk memastikan dan meyakinkan ummat muslim yang pada saat itu masih tidak menerima kenyataan yang sedang terjadi. Lantas Abu Bakar pergi ke atas mimbar dan berkhutbah;
"Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka ketahuilah bawah Muhammad telah meninggal, dan barang siapa yang menyembah Tuhan Muhammad (Allah), maka ketahuilah bahwa Allah maha kuasa dan tidak akan mati"
Kemudian Abu Bakar membacakan QS. Ali Imran 144 :
"Dan Muhammad hanyalah seorang Rosul, sebelum itu beberapa rosul telah meninggal. Bagaimana jika dia mati atau terbunuh? kamu kembali (Murtad)? Siapa pun yang kembali, maka ia tidak akan menyakiti Allah sedikit pun. Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur"
Maka Para sahabat termasuk Umar bin Khattab mulai terisak dan pergi ke jalan-jalan mengulang ayat itu seakan-akan baru pertama kali mendengar ayat itu padahal ayat tersebut berulang-ulang, sering dibaca dan didengarnya. Hal itu karena betapa kehilangannya para sahabat dengan sosok panutan.
Nah, Jamaah SANEMA.. para sahabat anshor berinisiatif berkumpul di Tsaqifah bani Saidah membicarakan siapa yang berhak memimpin ummat setelah Rosulullah SAW wafat, meraka mengkleim kaum anshor yang paling pantas karena telah menolong kaum muhajirin. Diusulkanlah Sahabat SAAD BIN UBADAH sebagai kandidat khalifah. Namun demikian Sahabat Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah ibni Jarrah mendatangi meraka. Singkatnya Sahabat Abu Bakar lah yang dibaiat menjadi khalifah pertama menggantikan Rosulullah SAW. (lengkapnya mungkin bisa dibaca di https://www.republika.co.id/berita/qaie8a366/kisah-penunjukan-abu-bakar-sebagai-khalifah). City Tour dilanjutkan ke tempat lain sampai waktu menjelang berbuka puasa.
Sahabat SANEMA, berbuka puasa di Madinah punya khas dan keunikan tersendiri. (Break dulu ya)
Berebut Jamaah berbuka. Kalimat itu cukup mewakili keadaan di sana. Anjuran Nabi untuk bersedekah kepada orang-orang yang sedang berpuasa pahalanya sangat besar dan diamalkan dengan sangat baik di sana. Ditambah dengan aplikasi ayat "... berlomba-lomba dalam kebaikan" lengkap sudah pesta bersedekah di sana. Mulai dari dalam masjid meluber ke seluasnya pelataran masjid nabawi dipenuhi oleh jamaah yang akan berbuka puasa. Sungguh pemandangan yang sangat menakjubkan.
Rombongan kami bergegas mencari tempat duduk di pelataran. Tempat ikhwan dan akhwat terpisah jauh. Di atas sajadah hijau digelar pelastik putih bening panjang-panjang, kemudian di isi ta'jil untuk berbuka puasa.
Setiap "pemilik kavling sedekah" itu memanggil dan mengundang siapa saja agar masuk dan duduk di tempat yang mereka sediakan untuk dijamu dan diberikan pelayanan berbuka puasa. Subhanallah.
Hati ini tidak hentinya-hentinya ta'jub dan bersyukur kepada Allah diberikan kesempatan merasakan kebaikan hati orang-orang Madina, duduk berdampingan, berbuka puasa bersama dengan seluruh muslimin dari berbagai penjuru dunia. Keberkahan diatas keberkahan. Saya menyebutnya Bukber Internasional hehehe..
(Adzan Maghrib berkumandang, Doa Berbuka Puasa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar