Senin, 18 April 2022

Perjalanan Rindu (Part 11)

Rabu. 6 April 2022 / 4 Ramadhan 1443 H


Ada hikmah yang menetes di hati masing-masing

Saya dan jamaah yang lainnya terus Sa'i, sementara H. Adit terus menerus berkomunikasi dengan pak Tasir, dimana lokasinya sekarang. Nampaknya beliau bingung karena tiang di sana sama semua, bentuk ornamen nya juga sama semua. 

Singkat cerita, dari beberapa informasi bahwa setelah thowaf 7x putaran, beliau kembali ke Hotel karena tidak tahu setelahnya adalah sai. Dengan gerak cepat, Pak H. Adit meminta Pak Tasir dan ibu Entin agar kembali ke Masjidil Harom dan melanjutkan rangkaian ibadah umrohnya. Alhamdulillah dengan dibimbing Pak H. Adit keduanya melanjutkan Sai.

Sementara kami yang ditinggalkan oleh H. Adit diintruksikan agar melanjutkan sai. Alhamdulillah pada saat Pak H.Adit, Pak Tasir dan Bu Entin melakukan sai 2x putaran, kami sudah 6x putaran dan dalam perjalanan menuju marwah, yang berarti rangkaian sai akan segera selesai. 

Sahabat SANEMA, Grup yang dikomandoi oleh Rifqi dan Ust. Parson sudah lebih dulu menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah umroh pada saat grup saya melakukan tahallul dan kami alhamdulillah bisa berkumpul bersama kembali di balik belakang Masjidil Harom sambil menunggu grup pak Tasir yang masih melakukan sai. Alhamdulillah semua sudah bisa dipastikan lengkap. 

UMROH WAJIB. Inilah perjalanan ibadah umroh pertama kami dengan segala ujian dan cobaan keimanan yang menyertainya. Kami yakin setiap jamaah dapat mengambil hikmahnya masing-masing. Di Setiap langkah yang kita lalui menyimpan prestasi dan misteri. Semuanya tidak lain untuk menguji keimanan kita masing-masing, siapa diantara kita yang terbaik amal ibadahnya, yang terbaik pasrahnya.

Ada rasa bahagia, bangga, dan haru bercampur jadi satu. Sungguh tidak pernah terbayangkan kami dapat melaksanakan ibadah umroh bersama apalagi di bulan suci ramadhan yang mulia ini. 

Dulu, saat saya diberikan kesempatan untuk berumroh di tahun 2018 pernah berdoa ingin membawa istri saya ke haromain. Nampaknya doa itu terwujud. Alhamdulillah. 

Demikian halnya tahun ini, kami berdoa agar di tahun 2025 bisa umroh bareng keluarga kecil kami. Aa Zein dan Dede Aghniya bisa kita ajak untuk beribadah di tanah suci mekah dan madinah. mudah-mudahan terkabul. Aaammiiin.

Perjalanan ini sangat memberi arti bagi saya dan istri. Kami disadarkan terhadap banyak hal. Betapa pentingnya nilai sebuah keikhlasan yang membungkus niat. Ya! Saya ingat betul ketika ditelepon oleh Pak Zainal Samsudin (GM Raudhah Aqiqah) sore itu di hari rabu bahwa saya mendapatkan reward umroh akan diberangkatkan umroh tahun ini.

Saat itu saya sedang berada di Ponpes Al-Mushlih - Sukatani sedang duduk bareng bersama KH. Mahzumi (Pimpinannya). Beliau menyarankan agar saya mengajak istri. Dan sepulang dari situ saya sampaikan kabar baik tadi dan saya tawarkan istri mau ikut atau enggak. 

Subhanalllah dijawab dengan air mata kerinduan. Sejak saat itu kami berdua menata hati, meluruskan niat, mengikhlaskan segala apa yang kita miliki dan berpasrah kepada-Nya apapun yang ditaqdirkan nanti, berangkat atau tidak kami serahkan sepenuhnya kepada Allah SWT, dengan puncak ikhtiar kami yang sangat maksimal. 

Benar kata Ust. Usep bawah "kalimat talbiyyah adalah kalimat kepasrahan diri kepada sang maha menciptakan diri". Hati ini sesak dengan hikmah-hikmah yang begitu ni'mat terasa di dalam, mungkin juga oleh seluruh jamaah umroh yang lain. Yang jelas dalam obrolan singkat saya dengan pak Dena pas lagi di kamar ada pesan yang sangat mendalam yang terlontar dari lisan beliau yakni "berihrom itu gak cuma saat umroh saja, mun bisa mah berihrom terus dina keseharian urang" Subhanallah.

SELESAI!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar