Sekretariat : Kp. Elo Rt.03/04 Ds. Sukamanah Kec. Sukatani Kab. Bekasi 17630 | No. Kontak 0897 8587 360
Rabu, 04 September 2019
MQDT GALANG DANA, BANTU KAMI (VIDEO)
Informasi selengkapnya hubungi 0897 8587 360
Rabu, 28 Agustus 2019
Biografi Al Imam Ibnu Ajurum Penulis Matan Al Ajurumiyah
Biografi Al Imam Ibnu Ajurum Penulis Matan Al Ajurumiyah
Siapa yang tidak kenal kitab Al Ajurumiyah? Setiap penuntut ilmu syar’i pasti mengenal kitab ini, kitab kecil yang menjadi pegangan ilmu nahwu bagi para pemula. Banyak dari para penuntut ilmu memulai pelajaran bahasa Arabnya melalui kitab ini. Tidak hanya itu, banyak juga di antara mereka yang menghapalnya.
Siapakah pengarang kitab yang sangat masyhur ini? Mari kita simak biografi ringkas beliau.
Nama dan Nisbah Beliau
Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Dawud Ash Shinhaji (kadang disebut Ash Shonhaji), yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Ajurum. Nisbah beliau Ash Shinhaji, merupakan nisbah kepada qabilah Shinhajah di daerah Maghrib. Beliau dikenal dengan nama Ibnu Ajurum. Ajurum artinya orang yang fakir dan seorang shufi.
Kelahiran Beliau
Ibnu Ajurum dilahirkan di kota Fas, sebuah daerah yang besar di Negeri Maghrib pada tahun 672 H. Pada tahun itu pula seorang pakar nahwu yang terkenal yaitu pengarang Kitab Alfiyah yang bernama Ibnu Malik –rahimahullah- meninggal dunia.
Wafat Beliau
Ibnu Ajurum rahimahullah wafat di Kota Fas pada hari Senin, tanggal 10 Safar 723 H.
Perjalanan Beliau Menimba Ilmu
Awalnya, Ibnu Ajurum belajar di kota Fas, kemudian beliau berangkat haji ke kota Makkah. Ketika melewati Kairo, beliau belajar nahwu kepada Abu Hayyan, salah seorang pakar nahwu negeri Andalusia, penyusun Kitab Al Bahrul Muhith, sampai beliau mendapatkan ijazah (rekomendasi) dari Abu Hayyan.
Penyusunan Matan Al Ajurumiyah
Ibnu Ajurum menyusun matan Al Ajurumiyah pada tahun 719 H, empat tahun sebelum beliau wafat. Ibnu Maktum yang sezaman dengan Ibnu Ajurum –setelah memuji Ibnu Ajurum- menyebutkan di dalam Tadzkirahnya bahwa pada saat dia menulis tadzkirah tersebut, Ibnu Ajurum masih hidup.
Ar Ra’i dan Ibnul Haj menyebutkan bahwa Ibnu Ajurum menulis kitab ini di hadapan Ka’bah. Dan ditambahkan oleh Al Hamidi bahwa setelah menulis kitab ini, Ibnu Ajurum membuang kitabnya ke laut sambil berkata, “Kalau memang kitab ini kutulis ikhlas karena Allah, maka niscaya kitab ini tidak akan basah.” Ternyata kitab Al Ajurumiyah yang beliau tulis tidak basah. Sehingga walaupun kitab ini tipis dan ditujukan bagi pemula, namun karya tulis beliau ini diterima oleh semua kalangan.
Madzhab Ibnu Ajurum dalam Penyusunan Kitab
Dalam menyusun kitab ini, Ibnu Ajurum mengikuti madzhab Kufah. Di antara bukti-buktinya adalah:
1. Beliau menyebut kasrah atau yang menggantikannya dengan khafd (خفض). Adapun pengikut madzhab Basrah menyebutnya dengan jar (جر).
2. Beliau berpendapat bahwa fi’il amr itu di-jazm-kan. Ini adalah pendapat madzhab Kufah. Adapun ahlu Bashrah berpendapat bahwa fi’il amr itu mabni ‘ala sukun.
3. Beliau mengganggap kaifama (كيفما) termasuk jawazim (alat yang menjazmkan fi’il mudhari’) sebagaimana pendapat Ahlu Kufah. Adapun ahlu Bashrah menolak kaifama sebagai jawazim.
4. Ibnu Ajurum menyatakan bahwa di antara tanda isim adalah menerima alif dan lam (الأليف واللام). Ini adalah pendapat ulama nahwu Kufah. Adapun ahlu Bashrah menggunakan istilah “al” (ال).
5. Beliau menyebutkan istilah asmaul khomsah (الأسماء الخمسة) yang terdiri dari
ذو مال
فوك
حموك
أخوك
أبوك
Adapun ahli nahwu Bashrah menyebutnya dengan (الأسماء الستة) dengan menambahkan هنوك.
Ini sebagian bukti yang menunjukkan bahwa Ibnu Ajurum menganut madzhab Kufah.
Beberapa Syarah (Penjelasan) terhadap Kitab Al Ajurumiyah
Ada banyak ulama yang mensyarah Kitab Al Ajurumiyah baik dari kalangan ulama terdahulu maupun ulama di masa kita. Di antara ulama terdahulu adalah Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad Al Maliki yang dikenal dengan Ar Ra’i (wafat 853 H). Beliau menulis syarah beliau yang berjudul (المستقل بالمفهوم في شرح ألفاظ الللآجرمية)
Adapun syarah yang ditulis oleh ulama muta’akhirin (ulama di masa belakangan ini) antara lain:
1. (التحفة السانية بشرح المقدمة الآجرمية) karya Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid
2. ( شرح المقدمة الآجرمي) karya Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin.
Wallahu a’lam bisshawwab
Sumber:
– Dars Al Ajurumiyah bersama Al Ustadz Agus Suaidi hafizhahullah
– At Ta’liqaat Al Jaliiyah ‘ala Syarh Muqaddimah Al Ajurumiyah, Abu Anas Asyraf bin Yusuf bin Hasan, Darul Aqidah, Kairo.
Ditulis oleh Abu Umar Al Bankawy di Sidayu, Gresik. Selesai penulisannya tanggal 13 Dzulhijjah 1430 H.
Sumber:
https://ulamasunnah.wordpress.com/2009/11/30/biografi-al-imam-ibnu-ajurum-penulis-matan-al-ajurumiyah/
Siapa yang tidak kenal kitab Al Ajurumiyah? Setiap penuntut ilmu syar’i pasti mengenal kitab ini, kitab kecil yang menjadi pegangan ilmu nahwu bagi para pemula. Banyak dari para penuntut ilmu memulai pelajaran bahasa Arabnya melalui kitab ini. Tidak hanya itu, banyak juga di antara mereka yang menghapalnya.
Siapakah pengarang kitab yang sangat masyhur ini? Mari kita simak biografi ringkas beliau.
Nama dan Nisbah Beliau
Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Dawud Ash Shinhaji (kadang disebut Ash Shonhaji), yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Ajurum. Nisbah beliau Ash Shinhaji, merupakan nisbah kepada qabilah Shinhajah di daerah Maghrib. Beliau dikenal dengan nama Ibnu Ajurum. Ajurum artinya orang yang fakir dan seorang shufi.
Kelahiran Beliau
Ibnu Ajurum dilahirkan di kota Fas, sebuah daerah yang besar di Negeri Maghrib pada tahun 672 H. Pada tahun itu pula seorang pakar nahwu yang terkenal yaitu pengarang Kitab Alfiyah yang bernama Ibnu Malik –rahimahullah- meninggal dunia.
Wafat Beliau
Ibnu Ajurum rahimahullah wafat di Kota Fas pada hari Senin, tanggal 10 Safar 723 H.
Perjalanan Beliau Menimba Ilmu
Awalnya, Ibnu Ajurum belajar di kota Fas, kemudian beliau berangkat haji ke kota Makkah. Ketika melewati Kairo, beliau belajar nahwu kepada Abu Hayyan, salah seorang pakar nahwu negeri Andalusia, penyusun Kitab Al Bahrul Muhith, sampai beliau mendapatkan ijazah (rekomendasi) dari Abu Hayyan.
Penyusunan Matan Al Ajurumiyah
Ibnu Ajurum menyusun matan Al Ajurumiyah pada tahun 719 H, empat tahun sebelum beliau wafat. Ibnu Maktum yang sezaman dengan Ibnu Ajurum –setelah memuji Ibnu Ajurum- menyebutkan di dalam Tadzkirahnya bahwa pada saat dia menulis tadzkirah tersebut, Ibnu Ajurum masih hidup.
Ar Ra’i dan Ibnul Haj menyebutkan bahwa Ibnu Ajurum menulis kitab ini di hadapan Ka’bah. Dan ditambahkan oleh Al Hamidi bahwa setelah menulis kitab ini, Ibnu Ajurum membuang kitabnya ke laut sambil berkata, “Kalau memang kitab ini kutulis ikhlas karena Allah, maka niscaya kitab ini tidak akan basah.” Ternyata kitab Al Ajurumiyah yang beliau tulis tidak basah. Sehingga walaupun kitab ini tipis dan ditujukan bagi pemula, namun karya tulis beliau ini diterima oleh semua kalangan.
Madzhab Ibnu Ajurum dalam Penyusunan Kitab
Dalam menyusun kitab ini, Ibnu Ajurum mengikuti madzhab Kufah. Di antara bukti-buktinya adalah:
1. Beliau menyebut kasrah atau yang menggantikannya dengan khafd (خفض). Adapun pengikut madzhab Basrah menyebutnya dengan jar (جر).
2. Beliau berpendapat bahwa fi’il amr itu di-jazm-kan. Ini adalah pendapat madzhab Kufah. Adapun ahlu Bashrah berpendapat bahwa fi’il amr itu mabni ‘ala sukun.
3. Beliau mengganggap kaifama (كيفما) termasuk jawazim (alat yang menjazmkan fi’il mudhari’) sebagaimana pendapat Ahlu Kufah. Adapun ahlu Bashrah menolak kaifama sebagai jawazim.
4. Ibnu Ajurum menyatakan bahwa di antara tanda isim adalah menerima alif dan lam (الأليف واللام). Ini adalah pendapat ulama nahwu Kufah. Adapun ahlu Bashrah menggunakan istilah “al” (ال).
5. Beliau menyebutkan istilah asmaul khomsah (الأسماء الخمسة) yang terdiri dari
ذو مال
فوك
حموك
أخوك
أبوك
Adapun ahli nahwu Bashrah menyebutnya dengan (الأسماء الستة) dengan menambahkan هنوك.
Ini sebagian bukti yang menunjukkan bahwa Ibnu Ajurum menganut madzhab Kufah.
Beberapa Syarah (Penjelasan) terhadap Kitab Al Ajurumiyah
Ada banyak ulama yang mensyarah Kitab Al Ajurumiyah baik dari kalangan ulama terdahulu maupun ulama di masa kita. Di antara ulama terdahulu adalah Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad Al Maliki yang dikenal dengan Ar Ra’i (wafat 853 H). Beliau menulis syarah beliau yang berjudul (المستقل بالمفهوم في شرح ألفاظ الللآجرمية)
Adapun syarah yang ditulis oleh ulama muta’akhirin (ulama di masa belakangan ini) antara lain:
1. (التحفة السانية بشرح المقدمة الآجرمية) karya Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid
2. ( شرح المقدمة الآجرمي) karya Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin.
Wallahu a’lam bisshawwab
Sumber:
– Dars Al Ajurumiyah bersama Al Ustadz Agus Suaidi hafizhahullah
– At Ta’liqaat Al Jaliiyah ‘ala Syarh Muqaddimah Al Ajurumiyah, Abu Anas Asyraf bin Yusuf bin Hasan, Darul Aqidah, Kairo.
Ditulis oleh Abu Umar Al Bankawy di Sidayu, Gresik. Selesai penulisannya tanggal 13 Dzulhijjah 1430 H.
Sumber:
https://ulamasunnah.wordpress.com/2009/11/30/biografi-al-imam-ibnu-ajurum-penulis-matan-al-ajurumiyah/
Jumat, 16 Agustus 2019
RIWAYAT IMAM NAWAWI AD-DAMSYIQI
Disamping
gelar Al-Imam, beliau juga menjadat gelar sebagai Al-Hafiz, Al-Faqih,
Al-Muhaddith, pembela As-Sunnah, penentang bid’ah, pejuang ilmu-ilmu agama. Nama
lengkapnya adalah Abu Zakariya bin
Syaraf bin Mari bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam
An-Nawawi Ad- Dimasyqi.
Beliau
dilahirkan di desa Nawa yang termasuk wilayah Hauran pada tahun 631 H. Kakek
tertuanya Hizam singgah di Golan menurut adat Arab, kemudian tinggal di sana
dan Allah swt memberikan keturunan yang banyak,salah satu diantara adalah Imam
Nawawi. Banyak orang terkemuka di sana yang melihat anak kecil memiliki kepandaian
dan kecerdasan. Mereka menemui ayahnya dan memintanya agar memperhatikannya
dengan lebih seksama. Ayahnya mendorong sang Imam menghafazkan Al-Qur’an dan
ilmu. Maka An-Nawawi mulai menghafaz Al-Qur’an dan dididik oleh orang-orang
terkemuka dengan pengorbanan harus meninggalkan masa bermain-mainnya karena
harus menekuni Al-Qur’an dan menghafaznya.
Sebagain
gurunya pernah melihat bahwa Imam Nawawi bersama anak-anak lain dan memintanya
bermain bersama-sama. Karena sesuatu terjadi diantara mereka, dia lari
meninggalakn mereka sambil menangis karena merasa dipaksa. Dalam keadaan yang
demikian itu dia tetap membaca Al-Qur’an. Demikianlah, sang Imam tetap terus
membaca Al-Qur’an sampai dia mampu menghafaznya ketika mendekati usia baligh.
Ketika
berusia 9 tahun, ayahnya membawa dia ke Damsyiq untuk menuntut ilmu lebih dalam
lagi. Maka tinggallah dia di Madrasah
Ar-Rawahiyah pada tahun 649H. Dia hafal kitab At-Tanbiih dalam tempo empat
setengah bulan dan belajar Al-Muhadzdzab karangan Asy-Syirazi dalam tempo
delapan bulan pada tahun yang sama. Dia menuntaskan ini semua berkat bimbingan
gurunya Al-Kamal Ishaq bin Ahmad bin Usman Al-Maghribi Al-Maqdisi. Dia adalah
guru pertamanya dalam ilmu fiqh dan menaruh memperhatikan muridnya ini dengan sungguh-sungguh.
Dia merasa kagum atas ketekunanannya belajar dan ketidaksukaanya bergaul dengan
anak-anak yang seumur. Sang guru amat mencintai muridnya itu dan akhirnya
mengangkat dia sebagai pengajar untuk sebagian besar jamaahnya.
GURU-GURU
IMAM NAWAWI
Sang
Imam belajar pada guru-guru yang amat terkenal seperti Abdul Aziz bin Muhammad Al-Ashari, Zainuddin bin Abdud Daim, Imaduddin
bin Abdul Karim Al-Harastani, Zainuddin
Abul Baqa, Khalid bin Yusuf
Al-Maqdisi An-Nabalusi dan Jamaluddin
Ibn Ash-Shairafi, Taqiyyuddin bin
Abul Yusri, Imam Nawawi Syamsuddin
bin Abu Umar.
Dia
belajar fighul hadits pada Asy-Syeikh
Al-Muhaqqiq Abu Ishaq Ibrahim bin Isa Al-Muradi Al-Andalusi. Kemudian
belajar fiqh pada Al-Kamal Ishaq bin
Ahmad bin usman Al-Maghribi Al-Maqdisi, Syamsuddin Abdurrahman bin Nuh dan Izzuddin Al-Arbili serta guru-guru lainnya.
Imam
Nawawi tekun menuntut ilmu-ilmu agama, mengarang, menyebarkan ilmu, beribadah,
berdzikir, sabar menjalani hidup yang amatsederhana dan berpakaian tanpa
berlebihan.
PARA
PENERUS IMAM NAWAWI
Tidak
sedikit ulama yang datang untuk belajar ke Iman Nawawi. Diantara mereka adalah Al-Katib Shadrudin Sulaiman Al-Ja’fari,
Syihabuddin Al-Arbadi, Shihabuddin bin Ja’Waan, ‘Alaudin Al-Athaar dan yang
meriwayatkan hadits darinya Ibnu Abil
Fath, Al-Mazi dan lainnya.
Kesungguhan
dan Ijtihadnya Setiap hari sang imam harus membaca dan mempelajari 12 pelajaran
pada guru-gurunya. Ini menjadi kewajiban dan syaratnya. Pelajaran-pelajaran
yang harus dikuasainya antara lain:
• Dua
pelajaran berkenaan dengan Al-Wasiith.
• Satu
pelajaran berkenaan dengan Al-Muhadzdzab oleh Asy-Syirazi.
• Satu
pelajaran berkenaan dengan Al-Jam’u baina Ash-Shahihain oleh Al-Humaidi.
• Satu
pelajaran berkenaan dengan Shahih Muslim.
• Satu
pelajaran berkenaan dengan Al-Luma’ oleh Ibnu Jana.
• Satu
pelajaran berkenaan dengan Ishaahul Mantiq oleh Ibnu Sikkit.
• Satu
pelajaran berkenaan dengan Tashrif.
• Satu
pelajaran berkenaan dengan Ushulul Figh.
• Satu
pelajaran berkenaan dengan nama-nama perawi hadits.
• Satu
pelajaran berkenaan dengan Ushuluddin.
Beliau
membuat catatan atas semua hal yang berkaitan dengan apa yang dipelajari dengan
cara memberi penjelasan atas bagian-bagian yang rumit baik itu dengan
memberinya ibarat atau ungkapan yang lebih jelas dan mudah dipelajari, termasuk
pula perbaikan dan pembenaran dari segi bahasanya.
Beliau
tidak mau menghabiskan waktunya kecuali menuntut ilmu. Bahkan ketika beliau
pergi ke manapun, dalam perjalanan hingga pulang ke rumah, beliau sibuk
mengulangi hafalan-hafalan dan bacaan-bacaannya. Beliau bermujadalah dan mengamalkan
ilmunya dengan penuh warak dan membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh buruk
sehingga dalam waktu yang singkat baliau telah hafal hadits-hadits dan berbagai
disiplin ilmu hadits.
Tidak
bisa dipungkiri dia adalah seorang alim dalam ilmu-ilmu Fiqh danUshuludin.
Beliau telah mencapai puncak pengetahuan madzhab Imam Asy-Syafi’i RA dan
imam-imam lainnya. Belaiu juga memimpin Yayasan
Daarul Hadits Al-Asyrafiyyah Al-Ulla dan mengajar di sana tanpa mengambil
bayaran sedikitpun.Tentu saja Allah swt amat berkenan dengan apa yang beliau
lakukan sehingga beliau selalu mendapat dukunganNya sehingga yang jauh menjadi dekat,
yang sulit menjadi mudah baginya.
Di
samping keahlian itu, beliau jugamendapatkan tiga hal penting:
a) Kedamaian
pikiran dan waktu yang luang.
Imam rahimaullah mendapat bagian yang banyak dari keduanya karena tidak ada
hal-hal duniawi yang menyibukkannya sehingga terlena dalam hal-hal yang tidak
bermanfaat,
b) Bisa
mengumpulkan kitab-kitab
yang digunakan untuk memeriksa dan mengetahui pendapat para ulama lainnya,
c) Memiliki
niat yang baik, kewarakan dan zuhud
yang banyak serta amal-amal sholeh yang bersinar.
Imam
Nawawi sungguh amat beruntung memiliki semua itu sehingga hasil besar
dicapainya ketika beliau baru berusia relatif muda dan dalam waktu yang bisa
dikatakan amat singkat yaitu tidak lebih dari 45 tahun, tapi penuh dengan kebaikan dan keberkatan dari Allah swt.
Kitab-kitab
yang dipelajarinya dari guru-gurunya antara lain: Kitab hadits yang enam yaitu Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu
Dawud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan Nasa’I, Sunan Ibn Majah dan Muwatta’nya
Imam Malik, Musnad Asy-Syafi’i, musnad Ahma bin Hanbal, Sunan Ad-Daarimi, SunanDaruquthi, Sunan
Baihaqi, Syarhus Sunan oleh
Al-Baghawi dan kitab Ma’alimut Berita
dalam tafsir Al-Baghawi juga, ‘Amalul Yaumi Wallailah oleh Ibnu As-Sunni,
Al-Jaami’li Aadaabir Al-Qusyairiyah
dan Al-Ansaab oleh Az-Zubair bin Bakar
serta banyak lagi.
PRIBADI
DAN PERILAKU IMAM NAWAWI
Imam
Nawawi mempunyai penguasaan ilmu yang luas, derajat tekun yang mengagumkan,
senantiasa hidup warak, zuhud dan sabar dalam kesederhana hidupnya. Pada waktu
yang sama, beliau juga dikenal mempunyai kesungguhan yang luar-biasa dan
berbagai kebaikan lainnya. Beliau tidak rela menghabiskan satu menit dalam
kehidupannya tanpa ketaatan kepada Rabnya. Beliau mengandalkan kehidupan dari
sumbangan atau amal jariyah yang
diberikan
orang-orang kepada madrasah Ar-Rawahiyah
yang dipimpinnya dan dari apa yang diwariskan oleh ibu bapaknya.
Sekalipun
demikian, kadang-kadang beliau bersedekah dari hartanya yang tidak berlebihan
itu. Beliau banyak memanfaatkan waktu malam hari semata-mata untuk beribadah
dan menulis kitab-kitab agama dan tidak lupa menyuruh berbuat ma’ruf dan
mencegah kemungkaran. Sebagai seorang penegak kebenaran, beliau dengan gagah
berani menghadapi kedzaliman para penguasa dengan nasihat-nasihat yang bestari
dan mengingkari mereka atas pelanggaran yang mereka lakukan sebagai seorang penguasa.
Belaiu tidak terpengaruh oleh celaan
orang-orang yang mencelanya dalam menegakkan agama Allah swt. Jika tidak
mungkin menghadapi mereka secara langsung, beliau akan menulis surat-surat yang
ditujukan kepada mereka sebagai media dakwahnya.
Beliau
senantiasa diliputi ketenangan dan kewibawaan ketika membahas masalah-masalah
agama bersama para ulama dengan mengikuti warisan Salafus Sholeh dan Ahli
Sunnah wal Jama’ah. Tidak perlu disinggung lagi kalau beliau amat rajin membaca
Al-Qur’an, berdzikir dengan nama-nama Allah Yang Agung (Asmaul Husna),
berpaling dari dunia dan memusatkan perhatian dalam urusan-urusan dunia yangmemiliki
konsekuensi akhirati.
KITAB-KITAB
IMAM NAWAWI
Beliau
telah menghasilkan banyak kitab, diantaranya:
1. Syarah Muslim,
2. Al-Irsyad dan At-Taqrib berkenaan
dengan segi-segi umum hadits,
3. Tahdzibul Asmaa’wal Lughaat,
4. Al-Manaasik Ah-Shughra dan Al-Manaasik
Al-Kubra,
5. Minhajut Taalibin,
6. Bustaanul ‘Arifiin,
7. khulaasahtul Ahkaam fi MuhimmaaatisSunan
wa Qawaa’idil Islam,
8. Raudhatut Taalibiin fii ‘Umdatil
Muftiin,
9. HulyatulAbrar wa Syi’aarul Akhyaar fii
Talkhiishid Da’awaat wal Adzkaar yang lebih dikenal dengan nama Al-Adzkaar lin
Nawawi dan
10.
At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran
Yaitu kitab yang sekarang
pembaca simak serta karangan karanganlain yang berfaedah dan bermanfaat bagi
syiar Islam.
Imam
Nawawi Meninggal Dunia di penghujung usianya, Imam Nawawi bertolak ke negeri
kelahirannya dan berziarah ke Al-Quds dan Al-Khalil. Kemudian beliau kembali ke
Nawa dan ketika itulah beliau sakit di samping ayah bundanya. Imam Nawawi Rahimaullah
wafat pada malam Rabu 24 Rajab tahun
676H dan dimakamkan di Nawa.
Kuburan
beliau sangat terkenal dan selalu diziarahi orang-orang yang mengagumi
perjuangannya dalam menegakkan agama Islam. Kepergian sang Imam telah
menyebabkan kesedihan tiada terhingga bagi penduduk Damsyiq. Mudah-mudahan
Allah swt selalu menganugerahirahmatNya dan meninggikan derajatnya di syurga.
Apip
Fudoli SF
Pengulas
Sumber:
WWW.Dakwah.info
Kamis, 15 Agustus 2019
Isi KITAB ATTIBYAN (Imam Nawawi)
Kitab ini ini membahas perkara-perkara yang sangat penting diketahui oleh setiap orang Islam karena kitab ini membicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan adab kita menjalin interaksi dengan kitab suci kita -Al-Qur’an al-Karim.
Dalam
garis besarnya, kitab ini mengandung sembilan bagian dan sebuah mukadimah yang
menjelaskan secara ringkas latar-belakang dan kandungan kitab ini secara
keseluruhan. Kemudian diteruskan dengan riwayat hidup Imam Nawawi.
Adapun
kesembilan bagian yang menjadi inti kitab ini adalah:
• KEUTAMAAN MEMBACA DAN MENGKAJI
AL-QUR’AN
• KELEBIHAN ORANG YANG MEMBACA AL-QUR’AN
• MENGHORMATI DAN MEMULIAKAN GOLONGAN
AL-QUR’AN
• PANDUAN MENGAJAR DAN BELAJAR AL-QUR’AN
• PANDUAN MENGHAFAZ AL-QUR’AN
• ADAB DAN ETIKA MEMBACA AL-QUR’AN
• ADAB BERINTERAKSI DENGAN AL-QUR’AN
• AYAT DAN SURAT YANG DIUTAMAKAN
MEMBACANYA PADA WAKTU-WAKTU TERTENTU
• RIWAYAT PENULISAN MUSHAF AL-QUR’AN
Dengan
pengantar yang amat singkat ini, kami dengan bangga mempersembahkan kepada Anda
sebuah kitab besar - Al-Adzkaar lin Nawawi dan At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil
Quran
At-Tibyaan
fii Aadaabi Hamalatil Quran - karya ulama besar - Abu Zakariya Yahya Muhyiddin bin Syaraf bin Hizam An-Nawawi atau
yang amat dikenal sebagai Iman Nawawi. Semoga Anda menjadi insan kamil – insan
yang benar-benar sempurna sebagaimana tujuan asali kita semua diciptakan.
Selamat membaca. Semoga Allah swt selalu bersama kita. Amin ya Rabbi’alamin.
Sumber:
WWW.Dakwah.info
SUKATANI NGAJI QUR'AN (SNQ)
PROGRAM NGAJI sarat REZEKI, Sukatani Ngaji Qur'an atau biasa kita singkat SNQ adalah program anak-anak muda yang haus akan belajar, haus ilmu dan bersemangat untuk mempelajari Al-Qur'an.
ya! Setiap malam selasa (ba'da isya) puluhan pemuda usia belasan hingga bapak-bapak kepala tiga berbondong-bondong hadir di Majelis Qur'an Daarut Tajweed (MQDT) asuhan Ust. Apip Fudoli SF yang notabene beliau juga aktivis Front Pembela Islam (FPI) Kec. Sukatani sebagai Ketua Tanfidzi-nya.
Setiap malam selasa dipelajari ilmu membaca Al-Qur'an, ilmu tajwid, sejarah islam, kalam ulama dan diskursus tentang kemajuan islam di masa depan. Kajian diawali dengan membaca QS Al-Waqi'ah.
kita doakan semoga program tersebut bisa menginspirasi dan memotivasi anak-anak muda agar semakin bersemangat menuntut ilmu. aammiin
-Admin-
Selasa, 13 Agustus 2019
KEISTIMEWAAN AL-QUR'AN
Kitab suci Alquran memiliki keistimewaan-keistimewaan yang dapat dibedakan dari kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya, di antaranya ialah:
1. Al quran memuat ringkasan dari ajaran-ajaran ketuhanan yang pernah dimuat kitab-kitab suci sebelumnya seperti Taurat, Zabur, Injil dan lain-lain. Juga ajaran-ajaran dari Tuhan yang berupa wasiat. Alquran juga mengokohkan. perihal kebenaran yang pernah terkandung dalam kitab-kitab suci terdahulu yang berhubungan dengan peribadatan kepada Allah Yang Maha Esa, beriman kepada para rasul, membenarkan adanya balasan pada hari akhir, keharusan menegakkan hak dan keadilan, berakhlak luhur serta berbudi mulia dan lainlain.
Allah Taala berfirman, “Kami menurunkan kitab Alquran kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya, untuk membenarkan dan menjaga kitab yang terdahulu sebelumnya. Maka dari itu, putuskanlah hukum di antara sesama mereka menurut apa yang diturunkan oleh Allah. Jangan engkau ikuti nafsu mereka yang membelokkan engkau dari kebenaran yang sudah datang padamu. Untuk masing-masing dari kamu semua Kami tetapkan aturan dan jalan.” (Q.S. Al-Maidah:48)
Jelas bahwa Allah swt. sudah menurunkan kitab suci Alquran kepada Nabi Muhammad saw. dengan disertai kebenaran mengenai apa saja yang terkandung di dalamnya, juga membenarkan isi kitab-kitab suci yang diturunkan oleh Allah Taala sebelum Alquran sendiri yakni kitab-kitab Allah yang diberikan kepada para nabi sebelum Rasulullah saw. Bahkan sebagai pemeriksa, peneliti, penyelidik dari semuanya. Oleh sebab itu Alquran dengan terus terang dan tanpa ragu-ragu menetapkan mana yang benar, tetapi juga menjelaskan mana yang merupakan pengubahan, pergantian, penyimpangan dan pertukaran dari yang murni dan asli.
Selanjutnya dalam ayat di atas disebutkan pula bahwa Allah Taala memerintahkan kepada nabi supaya dalam memutuskan segala persoalan yang timbul di antara seluruh umat manusia ini dengan menggunakan hukum dari Alquran, baik orang-orang yang beragama Islam atau pun golongan ahlul kitab (kaum Nasrani dan Yahudi) dan jangan sampai mengikuti hawa nafsu mereka sendiri saja.
Dijelaskan pula bahwa setiap umat oleh Allah swt. diberikan syariat dan jalan dalam hukum-hukum amaliah yang sesuai dengan persiapan serta kemampuan mereka. Adapun yang berhubungan dengan persoalan akidah, ibadah, adab, sopan santun serta halal dan haram, juga yang ada hubungannya dengan sesuatu yang tidak akan berbeda karena perubahan masa dan tempat, maka semuanya dijadikan seragam dan hanya satu macam, sebagaimana yang tertera dalam agama-agama lain yang bersumber dari wahyu Allah swt.
Allah Taala berfirman, “Allah telah menetapkan agama untukmu semua yang telah diwasiatkan oleh-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, (yang semua serupa saja) yakni hendaklah kamu semua menegakkan agama yang benar dan janganlah kamu sekalian berpecah-belah.” (Q.S. Asy-Syura:13)
Seterusnya lalu dibuang beberapa hukum yang berhubungan dengan amaliah yang dahulu dan diganti dengan syariat Islam yang merupakan syariat terakhir yang kekal serta sesuai untuk diterapkan dalam segala waktu dan tempat. Oleh sebab itu, maka akidah pun menjadi satu macam, sedangkan syariat berbeda disesuaikan dengan kondisi zaman masing-masing umat.
2. Ajaran-ajaran yang termuat dalam Alquran adalah kalam Allah yang terakhir untuk memberikan petunjuk dan bimbingan yang benar kepada umat manusia, inilah yang dikehendaki oleh Allah Taala supaya tetap sepanjang masa, kekal untuk selama-lamanya. Maka dari itu jagalah kitab Alquran agar tidak dikotori oleh tangan-tangan yang hendak mengotori kesuciannya, hendak mengubah kemurniannya, hendak mengganti isi yang sebenarnya atau pun hendak menyusupkan sesuatu dari luar atau mengurangi kelengkapannya.
Allah Taala berfirman, “Sesungguhnya Alquran adalah kitab yang mulia. Tidak akan dihinggapi oleh kebatilan (kepalsuan), baik dari hadapan atau pun dari belakangnya. Itulah wahyu yang turun dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Terpuji.” (Q.S. Fushshilat:41-42)
Allah Taala berfirman pula, “Sesungguhnya Kami (Allah) menurunkan peringatan (Alquran) dan sesungguhnya Kami pasti melindunginya (dari kepalsuan).” (Q.S. Al-Hijr:9)
Adapun tujuan menjaga dan melindungi Alquran dari kebatilan, kepalsuan dan pengubahan tidak lain hanya agar supaya hujah Allah akan tetap tegak di hadapan seluruh manusia, sehingga Allah Taala dapat mewarisi bumi ini dan siapa yang ada di atas permukaannya.
3. Kitab Suci Alquran yang dikehendaki oleh Allah Taala akan kekekalannya, tidak mungkin pada suatu hari nanti akan terjadi bahwa suatu ilmu pengetahuan akan mencapai titik hakikat yang bertentangan dengan hakikat yang tercantum di dalam ayat Alquran. Sebabnya tidak lain karena Alquran adalah firman Allah Taala, sedang keadaan yang terjadi di dalam alam semesta ini semuanya merupakan karya Allah Taala pula. Dapat dipastikan bahwa firman dan amal perbuatan Allah tidak mungkin bertentangan antara yang satu dengan yang lain. Bahkan yang dapat terjadi ialah bahwa yang satu akan membenarkan yang lain. Dari sudut inilah, maka kita menyaksikan sendiri betapa banyaknya kebenaran yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern ternyata sesuai dan cocok dengan apa yang terkandung dalam Alquran. Jadi apa yang ditemukan adalah memperkokoh dan merealisir kebenaran dari apa yang sudah difirmankan oleh Allah swt. sendiri.
Dalam hal ini baiklah kita ambil firman-Nya, “Akan Kami (Allah) perlihatkan kepada mereka kelak bukti-bukti kekuasaan Kami disegenap penjuru dunia ini dan bahkan pada diri mereka sendiri, sampai jelas kepada mereka bahwa Alquran adalah benar. Belum cukupkah bahwa Tuhanmu Maha Menyaksikan segala sesuatu?” (Q.S. Fushshilat:53)
4. Allah swt. berkehendak supaya kalimat-Nya disiarkan dan disampaikan kepada semua akal pikiran dan pendengaran, sehingga menjadi suatu kenyataan dan perbuatan. Kehendak semacam ini tidak mungkin berhasil, kecuali jika kalimat-kalimat itu sendiri benar-benar mudah diingat, dihafal serta dipahami. Oleh karena itu Alquran sengaja diturunkan oleh Allah Taala dengan suatu gaya bahasa yang istimewa, mudah, tidak sukar bagi siapa pun untuk memahaminya dan tidak sukar pula mengamalkannya, asal disertai dengan keikhlasan hati dan kemauan yang kuat.
Allah Taala berfirman, “Sungguh Kami (Allah) telah membuat mudah pada Alquran untuk diingat dan dipahami. Tetapi adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Q.S. Al-Qamar:17)
Di antara bukti kemudahan bahasa yang digunakan oleh Alquran ialah banyak sekali orang-orang yang hafal di luar kepala, baik dari kaum lelaki, wanita, anak-anak, orang-orang tua, orang kaya atau miskin dan lain-lain sebagainya. Mereka mengulang-ulangi bacaannya di rumah atau mesjid. Tidak henti-hentinya suara orang-orang yang mencintai Alquran berkumandang di seluruh penjuru bumi. Sudah barang tentu tidak ada satu kitab pun yang mendapatkan keistimewaan melebihi Alquran.
Bahkan dengan berbagai keistimewaan di atas, jelas Alquran tidak ada bandingannya dalam hal pengaruhnya terhadap hati atau kehebatan pimpinan dan cara memberikan petunjuknya, juga tidak dapat dicarikan persamaan dalam hal kandungan serta kemuliaan tujuannya. Oleh sebab itu dapat diyakini bahwa Alquran adalah mutlak sebaik-baik kitab yang ada.
Sumber:
www.dakwah.info
Minggu, 11 Agustus 2019
MENGENAL AL-QUR'AN POJOK
Apakah Alqur’an Pojok itu ?
Saudaraku….
Bila anda sedang belajar Alqur’an marhalah tahsin atau tahfidh, anda akan dikenalkan dan dianjurkan untuk mempergunakan Alqur’an Pojok.
Alqur’an Pojok disebut juga dengan Alqur’an standar.
Alqur’an Pojok atau Alqur’an Standar adalah Alqur’an yang dicetak dengan Rosm Ustmani (mengikuti model penulisan Khalifah Ustman RA) dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Disebut Alqur’an standar karena secara umum tampilan/cetakan Alqur’an ini selalu standar yaitu : 20 halaman (atau 10 lembar) per juz, 15 baris per lembar, selalu diawali dengan awal ayat dan diakhiri dengan akhir ayat.
Standarisasi jumlah lembar pada juz 1 berbeda dengan juz lainnya. Juz 1 dicetak standar 21 halaman, karena surat Alfatihah dicetak pada halaman tersendiri dan Surat Albaqoroh ayat 1 – 5 juga dicetak dalam halaman tersendiri. Bila Surat Alfatihah dan Surat Albaqoroh ayat 1 -5 dicetak dalam 1 halaman, maka jumlahnya akan sama, yaitu 20 halaman atau 10 lembar. Karena pemisahan itulah maka jumlah halaman pada juz pertama Alqur’an menjadi 21 halaman.
Standarisasi jumlah lembar pada juz 30 juga berbeda. Juz 30 dicetak standar 23 halaman, karena jumlah suratnya terlalu banyak (37 surat) sehingga penulisan basmallah juga bertambah.
Jadi, Alqur’an pojok atau Alqur’an standar itu selalu tercetak sama, sekalipun penerbitnya berbeda. 30 juz Alqur’an akan tercetak sebanyak 604 halaman atau 302 lembar.
Peserta program tahsin dan tahfidh disarankan untuk mempergunakan Alqur’an model ini karena sangat berguna untuk membantu proses menghafal.
Demikian halnya di Pesantren Daarut Tajweed https://www.facebook.com/PesantrenDaarutTajweed/?ref=bookmarks . Santri-santri disarankan menggunakan Al-Qur'an Pojok untuk menghapalkan ayat per ayat dalam Al-Qur'an. Semoga bermanfaat
Saudaraku….
Bila anda sedang belajar Alqur’an marhalah tahsin atau tahfidh, anda akan dikenalkan dan dianjurkan untuk mempergunakan Alqur’an Pojok.
Alqur’an Pojok disebut juga dengan Alqur’an standar.
Alqur’an Pojok atau Alqur’an Standar adalah Alqur’an yang dicetak dengan Rosm Ustmani (mengikuti model penulisan Khalifah Ustman RA) dengan ciri-ciri sebagai berikut:
- Satu juz terdiri atas 10 lembar atau 20 halaman (kecuali juz 1 dan juz 30).
- Satu lembar terdiri atas 15 baris.
- Pada tiap halaman selalu diawali dengan awal ayat
- Pada tiap halaman selalu diakhiri dengan akhir ayat (ditandai dengan nomor ayat).
Disebut Alqur’an standar karena secara umum tampilan/cetakan Alqur’an ini selalu standar yaitu : 20 halaman (atau 10 lembar) per juz, 15 baris per lembar, selalu diawali dengan awal ayat dan diakhiri dengan akhir ayat.
Standarisasi jumlah lembar pada juz 1 berbeda dengan juz lainnya. Juz 1 dicetak standar 21 halaman, karena surat Alfatihah dicetak pada halaman tersendiri dan Surat Albaqoroh ayat 1 – 5 juga dicetak dalam halaman tersendiri. Bila Surat Alfatihah dan Surat Albaqoroh ayat 1 -5 dicetak dalam 1 halaman, maka jumlahnya akan sama, yaitu 20 halaman atau 10 lembar. Karena pemisahan itulah maka jumlah halaman pada juz pertama Alqur’an menjadi 21 halaman.
Standarisasi jumlah lembar pada juz 30 juga berbeda. Juz 30 dicetak standar 23 halaman, karena jumlah suratnya terlalu banyak (37 surat) sehingga penulisan basmallah juga bertambah.
Jadi, Alqur’an pojok atau Alqur’an standar itu selalu tercetak sama, sekalipun penerbitnya berbeda. 30 juz Alqur’an akan tercetak sebanyak 604 halaman atau 302 lembar.
Peserta program tahsin dan tahfidh disarankan untuk mempergunakan Alqur’an model ini karena sangat berguna untuk membantu proses menghafal.
Demikian halnya di Pesantren Daarut Tajweed https://www.facebook.com/PesantrenDaarutTajweed/?ref=bookmarks . Santri-santri disarankan menggunakan Al-Qur'an Pojok untuk menghapalkan ayat per ayat dalam Al-Qur'an. Semoga bermanfaat
Sabtu, 10 Agustus 2019
MEMBANGUN KELUARGA QUR’ANI DI MULAI DARI DIRI SENDIRI
- Selepas Sholat Berdoa : “Ya Allah jadikan saya dan keluarga saya sebagai AHLI QUR’AN”
- Bacakan 1 Surat untuk anak, istri, suami dan lainnya. Contoh
: “Saya niat membaca Surat Al-Fatihah untuk anak, supaya hatinya lembut dan
mudah mempelajari Al-Qur’an”
- Bacakan 1 surat setiap hari dalam setiap interaksi dengan
anak, perdengarkan ke telinga anak. Contoh : Surat Al-fatihah, surat An-Nas,
dll
- Usap ubun-ubun dan dada anak sambil bersholawat kepada Nabi Muhammad
S.A.W
- Setiap akan memberikan minuman kepada anak, bacakan asma
Allah atau kalimah Al-Qur’an. Contoh : “Bismillah”, “Surat Al-Fatihah”, dll
- Istikomah / Rutin
Apip Fudoli SF
Khodimul Majelis Qur’an Daarut Tajweed
VISI MISI MQDT
Mencetak santri-santri yang agamis, melalui Pembiasaan sholat 5 waktu, Tilawah Al-Qur’an, dan menanamkan nilai-nilai Akhlakul kariimah serta Uswatun Hasanah
Misi :
1. Membekali para santri dengan ilmu tentang sholat melalui program pelatihan sholat secara berkala
2. Membuat jadwal pembelajaran Al-Qur’an dan disiplin ilmu lainnya
3. Menanamkan nilai-nilai akhlakul kariimah dan uswatun hasanah melalui pembiasaan positif seperti Muhadoroh, Zikir dan Sholawat
Jumat, 09 Agustus 2019
Kamis, 08 Agustus 2019
Pesantren Daarut Tajweed
Bismillah..
mengawali potingan perdana, sy perkenalkan nama DAARUT TAJWEED sebagai nama baru yang mudah-mudahan menginspirasi pembaca untuk mau mempelajari Al-Qur'an dan ilmu-ilmu tentang sholat, karena kedua hala tersebut merupakan kewajiban kita selaku muslim dan muslimah
berdiri pada tahun 2015, dengan santri pertama 9 orang. sy menyebutnya SANTRI SONGO hehehe.. mudah-mudahan kelak bisa menyebarkan ajaran islam seperti para wali songo. aamiin
sementara itu dulu
info lengkap bisa menghubungi no WA 0897 8587 360
Apip Fudoli SF
-Admin-
mengawali potingan perdana, sy perkenalkan nama DAARUT TAJWEED sebagai nama baru yang mudah-mudahan menginspirasi pembaca untuk mau mempelajari Al-Qur'an dan ilmu-ilmu tentang sholat, karena kedua hala tersebut merupakan kewajiban kita selaku muslim dan muslimah
berdiri pada tahun 2015, dengan santri pertama 9 orang. sy menyebutnya SANTRI SONGO hehehe.. mudah-mudahan kelak bisa menyebarkan ajaran islam seperti para wali songo. aamiin
sementara itu dulu
info lengkap bisa menghubungi no WA 0897 8587 360
Apip Fudoli SF
-Admin-
Langganan:
Postingan (Atom)